RSS

Jumat, 30 April 2010

I. Televisi dan Perkembangannya

Dengan berkembangnya pertelevisian Indonesia sejak tahun 1990 an, dan seturut berkembangnya media informasi khususnya televisi membuat dunia semakin hari semakin ramai dengan beragamnya acara dan informasi yang langsung dapat dinikmati melalui media electronic televisi. Meskipun arus informasi yang mengalir mempunyai dampak positif dan negatif namun hal tersebut tidak bisa dielakan karena perubahan jaman yang sangat dinamis. Keberadaan perkembangan arus informasi, sebenarnya berjalan secara alamiah sesuai perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Berdasarkan Teori Alfin Tofler dalam bukunya yang berjudul The Third Wave, dijabarkan mengenai siklus peradaban manusia dalam tiga (3) kategori utama, yaitu : 1). Peradaban Pertama : ditandai dengan penemuan-penemuan dibidang pertanian. 2). Peradaban Kedua : ditandai dengan revolusi industri. 3). Peradaban Ketiga : dikembangkannya revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari ketiga peradaban tersebut, peradaban ketiga yang saat ini menjadi sorotan seluruh dunia maupun bangsa Indonesia untuk tetap berperan aktif dan terlibat dalam perkembangan pertelevisian serta dapat bersaing dengan negara-negara lain.

Sejalan dengan berkembangnya teknologi informasi khususnya televisi broadcast, hadirnya undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran, dimana undang-undang tersebut memberikan peluang dan kesempatan bagi berdirinya stasiun televisi broadcast yang baru. Dalam Undang-Undang penyiaran ini, seperti pada pasal 31 bagian kesembilan tentang Stasiun Penyiaran dan Wilayah Jangkauan Siaran terdapat ayat-ayat yang berbunyi : 1). Lembaga Penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi terdiri atas penyiaran jaringan dan/atau stasiun penyiaran lokal. 2). Lembaga Penyiaran Publik dapat menyelenggarakan siaran dengan sistem stasiun jaringan yang menjangkau seluruh wilayah negara Republik Indonesia. 3). Lembaga Penyiaran Swasta dapat menyelenggarakan siaran melalui sistem jaringan dengan jangkauan terbatas. 4). Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan sistem stasiun jaringan disusun oleh KPI bersama Pemerintah. 5). Stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah negara Republik Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut. 6). Mayoritas pemilikan modal awal dan pengelolaan stasiun penyiaran lokal diutamakan kepada masyarakat di daerah tempat stasiun lokal itu berada.

Munculnya Undang-Undang penyiaran ini, sekalipun dikatakan telat setelah beberapa stasiun televisi melakukan siarannya, namun perlu diapresiasi secara positif bahwa telah menjadi sebuah regulator bagi pelaksanaan sistem penyiaran stasiun televisi di Indonesia. Hal ini terlihat bahwa sebelum Undang-Undang ini lahir pada tahun 2002, pengoperasian stasiun televisi sejak tahun 1990 seperti Televisi Republik Indonesia (TVRI) hanya dikenal dengan tontonan siaran hiburan dan berita TVRI (dan bukan Penyiaran Publik sesuai PP No. 11 dan No. 13 tahun 2005). Setelah itu sekitar tahun 1994 dunia pertelevisian Indonesia diramaikan dengan hadirnya lima (5) stasiun televisi, antara lain : Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan/Keluarga Indonesia (TPI), Andalan Televisi (ANTEVE), dan Indosiar Visual Mandiri (INDOSIAR), yang kesemuanya telah mengudara (on air) secara Nasional. Kelima stasiun inilah yang kemudian sesuai dengan lahirnya UU No.32 tahun 2002 dikenal dengan nama Lembaga Penyiaran Swasta (bagian kelima pasal 16 ayat 1).

Dengan semakin berkembangnya teknologi pertelevisian di Indonesia, maka lima (5) tahun kemudiantepatnya tahun 1999 melalui Departemen Perhubungan (d/h Departemen Penerangan) dengan Surat Keputusan (SK) Menteri Penerangan No. 286/SK/Menpen/1999 telah memberikan izin kepada lima (5) perusahaan stasiun Televisi Swasta baru, yaitu : PT. Televisi Transformasi (Trans TV), TV7 ( yang kemudian merger/bergabung dengan Trans TV dan dinamakan Trans7 hingga kini), PT. Global Informasi Bermutu (Global TV), Lativi, dan Mtero TV. Dengan berkembangnya broadcast pertelevisian yang begitu pesat sampai dengan saat ini, terlihat stasiun-stasiun telavisi baik skala Nasional maupun Lokal daerah mengambil peran dan turut meramaikan perkembangan teknologi pertelevisian Indonesia.

II. Pendidikan Broadcast Televisi

Seturut dengan pesatnya perkembangan teknologi pertelevisian yang ada di Indonesia sekarang ini, adalah tidak terlepas dari tuntutan sumber daya manusia sebagai aset untuk dipersiapkan dalam rangka pemanfaatan dan pengoperasian teknologi tersebut. Sejalan dengan perkembangan sejarah pertelevisian dunia Indonesia, maka selayaknya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang broadcast pertelevisian senantiasa diperbaharui dari waktu ke waktu untuk mendukung terciptanya tenaga-tenaga yang profesional di era industrialisasi ini. Oleh sebab itu, dalam rangka menunjang era industrialisasi pertelevisian sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, maka dengan semakin berkembang dan meluasnya industri pertelevisian di Indonesia, semakin banyak pula tenaga-tenaga handal dibidang broadcast pertelevisian sangat dibutuhkan. Menagcu akan kebutuhan diatas serta melihat perkembangan, maka yang menjadi jawaban atas tantangan tersebut adalah mendidik dan membekali sumber daya manusia sebagai tenaga yang handal dan siap pakai melalui suatu proses pendidikan formal. Namun melihat situasi dan kondisi yang ada di Indonesia saat ini, pendidikan yang berorientasi pada dunia broadcast pertelevisian baik negri maupun swasta masih sangat terbatas. Dalam menghadapi permasalahan tersebut diatas PT. Indosiar Visual Mandiri melalui Akte Notaris Soepawi, SH Nomor 05 tanggal 11 Juni 1997 mendirikan Yayasan Indosiar yang bertujuan membantu Pemerintah untuk menghasilkan tenaga-tenaga broadcast yang handal guna mengantisipasi kekurangan tenaga broadcast di masa yang akan datang, maka tepatlah setahun kemudian sekitar tahun 1998 Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional untuk pertama kalinya melalui Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menerbitkan Ijin Penyelenggaraan Nomor : 20/D/O/1998 tanggal 8 April 1998 tentang Pendidikan AKADEMI TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI (ATKI) sebagai salah satu Pendidikan Tinggi di Indonesia berkedudukan di Jakarta yang berorientasi pada Ilmu Pengetahuan Broadcast Pertelevisian. Melalui pendidikan inilah dibuka kesempatan yang seluas-luasnya kepada Generasi Muda Bangsa untuk diproses dan dibekali berbagai disiplin ilmu pengetahuan tentang Broadcasting Pertelevisian. Hal ini dilakukan mengingat semakin berkembangnya dunia televisi dewasa ini, makin dirasakan kebutuhan tenaga broadcast yang handal. Keterbatasan tenaga broadcasting pertelevisian yang handal pada saat ini sangat dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan yang memahami pentingnya persaingan yang semakin ketat, serta dampak arus globalisasi yang semakin luas. Dengan demikian perusahaan-perusahaan akan memiliki sumber daya manusia yang diandalkan di bidang pertelevisian. Salah satu kekhususan kurikulum pendidikan di Akademi Teknologi Komunikasi dan Informasi (ATKI) adalah kurikulum yang berbasis broadcast pertelevisian dan sangat variatif serta disesuaikan dengan perkembangan dunia pendidikan. Program pendidikan di ATKI, dirancang (35 % teori dan 65 % praktek) dengan tujuan adalah Peningkatan Profesionalisme mahasiswa sebagai seorang Broadcaster. Peningkatan profesionalisme mahasiswa dibagi atas beberapa kegiatan yang dikenal dengan nama :

1). Peningkatan Kemampuan Mahasiswa (PKM).

PKM merupakan bagian dari kegiatan mahasiswa ketika berada pada semester I dengan tujuan agar dapat lebih memahami antara teori dan praktek sehingga diharapkan setelah lulus para mahasiswa handal di dunia broadcast pertelevisian. Kegiatan PKM ini sendiri dibagi atas beberapa tahap, antara lain : Tahap Pertama : Mahasiswa diarahkan pada pengenalan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan proses produksi televisi.

Tahap Kedua : Mahasiswa diharapkan memahami tentang selak beluk produksi.

Tahap Ketiga : Mahasiswa akan melakukan praktek secara maksimal, mulai dari Pra Produksi, Produksi, Pasca Produksi dalam penggarapan sebuah program di televisi.

2). Praktikum Profesional.

Pratikum profesional merupakan kurikulum pendidikan yang dirancang secara khusus untuk dapat menyiapkan mahasiswa sebagai seorang broadcaster yang handal. Materi pratikum yang diberikan terkait langsung dengan peralatan yang digunakan seperti, Audio, Camera, Lighting serta metode pengajaran yang diberikan oleh instruktur instruktur yang berpengalaman dibidangnya berupa praktek langsung menggunakan peralatan. Bagian yang terkait langsung dengan pratikum profesional ini adalah Electrical Field Production (EFP) dan Studio Production. Pratikum professional ini dibagi atas beberapa tingkatan, antara lain : Tingkat Basic (Semester II), Tingkat Middle (Semester III), Tingkat Penguasaan/Pengujian (Semester IV), dan pada semester V mahasiswa diberikan sebuah bekal yang merupakan penggabungan dari seluruhnya, yaitu suatu pratikum tentang Proses Produksi TV.

3). Praktek Kerja Lapangan (PKL) Dan Program Karya Nyata (PKN).

Hal ini merupakan bagian yang terintegral dari sistem kurikulum pendidikan dimana pada saat mahasiswa berada di semester VI siap untuk melaksanakan PKL dan ditempatkan pada bagian-bagian yang sesuai dengan peminatan berdasarkan kualifikasi yang dipilih adalah : STUDIO, NEWS, PRODUKSI DRAMA, PRODUKSI NON DRAMA, POST PRODUCTION, DAN TRANSMISI. Selain PKL itu sendiri, mahasiswa dipersiapkan juga untuk membuat Program Karya Nyata (PKN) sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan Pendidikannya. PKN yang dijalankan oleh mahasiswa dibantu dengan peralatan-peralatan yang memadai sesuai kebutuhannya, serta dibimbing oleh dosen-dosen yang berpengalaman dibidangnya.

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas, dan melihat tantangan masa depan dunia broadcast pertelevisian di Indonesia, maka dapat diberikan suatu kesimpulan bahwa tuntutan tenaga kerja dalam industri pertelevisian adalah merupakan keterkaitan yang sangat erat antara kebutuhan penyediaan sumber daya manusia yang handal di dunia broadcast pertelevisian terhadap lajunya perkembangan industri televisi yang berkembang dengan pesatnya.

Sebuah harapan baru, bahwa dengan maraknya pertumbuhan industri pertelevisian, mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat dan menjadi jawaban atas berbagai fenomena di dunia pertelevisian Indonesia


Data Penulis :

adalah salah satu Dosen Staff Pengajar tetap di Akademi Teknologi Komunikasi dan informasi (ATKI) Jakarta, dengan jabatan sebagai Ketua Program Studi.

www.atki.ac.id

READ MORE -

Selasa, 09 Maret 2010

TIPS MENJADI PENYIAR

 Di setiap kota besar dan menengah di Indonesia, ada puluhan ribu pelajar
seperti Anda yang ingin menjadi penyiar. Walaupun Anda sendiri tidak menyebutkan
kota dan minat Broadcastingnya (radio? televisi?) namun Dokter akan tetap
membekali Anda dan teman-teman seperjuangan dengan kiat & pengetahuan
yang penting utk diketahui.

Di tahun 80an, banyak radio kawula muda yang sengaja mempekerjakan para
pelajar SMA sebagai penyiar. Para penyiar muda ini malah dianjurkan untuk
tetap memakai seragam putih-abu2nya, agar para pendengar yang kebetulan
datang ke studio bisa melihat sendiri bahwa “radio ini gue banget!”

Di zaman sekarang, remaja punya banyak cara untuk memamerkan siapa
dirinya: warna rambutnya Sunset Red, merek tas sekolahnya Oakley,
handphone-nya Sony Walkman Phone, nongkrongnya di PIM-2, dst. Tetapi
di tahun 80an identitas remaja yang bisa dia tunjukkan pada dunia hanyalah
musik yang dia ketahui dan radio yang dia dengarkan. Dia mutlak tahu
lirik lagu terbaru dari Duran Duran, dan biasanya hafal nama semua penyiar
di radio2 terkondang. Hiburan selain radio dan bioskop? . Anda terbayang sebuah era tanpa Handphone, Computer, SMS, Friendster, E-mail, apalagi Internet?

Karena itu pula di zaman itu para pelajar malu jika tertangkap basah
mendengarkan radio kakaknya atau radio bapaknya. Semua pelajar saat itu
mengaku pendengar Prambors, dan sampai tahun 90an pun masih banyak
yang mengaku sama meskipun dia juga mendengarkan Radio ' A' atau
' B' FM. Sedangkan seorang pelajar SMA yang juga bekerja di sebuah
stasiun radio (seperti Fla TOFU di awal karirnya) adalah keistimewaan sekali.

Ini semua Dokter sampaikan agar Anda memahami fungsi dan esensi dari
Broadcasting:
1. Penyiar selalu (tanpa lelah, tanpa henti) berupaya menyengkan Audience-nya.
2. Radio (dan TV) mengudara atas dasar keinginan/pemikiran Audience-nya.
[Sponsor/Klien menjadi penting karena merekalah yang mendanai semuanya]

Dokter juga menceritakan ini untuk menggambarkan bahwa untuk menjadi
Penyiar di era sekarang ini lebih sulit karena Anda harus punya lebih dari
sekedar golden voice; Anda harus punya jiwa entertainer, harus mampu
berekspresi secara flexible, harus terdepan mengikuti segala trend lifestyle
& information, dan harus siap (tanpa cengeng, tanpa mengeluh) untuk tampil
di depan pendengar/penonton manapun untuk memenuhi keinginan Audience
dan klien yang membayar Anda.

Dari sini sebenarnya Anda bisa menarik kesimpulan tentang “Modal apa yang
harus disiapin untuk jadi Penyiar?”

Pertama, kita harus disiplinkan diri agar bisa selalu berusaha menghibur
Audience : jangan berfikir untuk jadi Penyiar jika Anda sulit menepati janji
dengan orang atau sering berganti mood setiap hari. Kalau Anda mengalami
kesulitan untuk mengendalikan ekspresi diri karena mood Anda mudah
berubah-ubah bagaikan cuaca, lebih baik Anda kerja di balik komputer
ketimbang di studio siaran.

Kedua, kita harus in-touch dengan apa yang sedang menjadi pusat perhatian
Audience kita; dengan kata lain, kita harus “gaul” seperti mereka. Kalau ingin
bekerja di radio otomotif, misalnya, biasakanlah diri dengan hobby mobil dan
motor. Jika ingin menjadi pembaca berita di Metro-TV, biasakanlah
mengkonsumsi berita setiap hari.

Ketiga, kita harus terbiasa disuruh-suruh sesuai tuntutan klien atau program.
Dalam prakteknya tuntutan ketiga ini sangat bervariasi, misalnya Anda :
• Diberi jam siaran Minggu pagi, padahal Anda paling susah bangun pagi
• Harus mewawancarai seseorang yang Anda sangat tidak suka
• Dituntut memakai celana pendek saat jadi TV-host, padahal lutut Anda jelek
• Diminta diet drastis karena setelah melahirkan koq terlihat gemuk di kamera
• Dan berbagai contoh yang terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu.

Dengan kata lain, kalau Anda merupakan tipe orang yang cenderung membantah
perintah atau setiap hari masih dibangunkan oleh Mama, maka sebaiknya Anda
kerja di bank saja… atau bikin perusahaan sendiri. Apalagi tugas sebagai
Penyiar menuntut Anda bisa memenuhi keinginan Audience, no matter what
the conditions and no matter who the Audience is.

Itulah tiga prasyarat yang menurut Dokter Penyiar harus dipenuhi sebelum Anda
dan siapa saja ingin mencoba menjadi seorang Penyiar (TV maupun Radio).
Semuanya berasal dari diri sendiri, dan mengingatkan kita bahwa sebelum
Stasiun TV/Radio atau Production House merekrut dan menseleksi Anda untuk
sebuah programnya, pastikanlah bahwa Anda sendiri sudah punya sikap mental
yang benar dan tangguh.

Mumpung Anda masih muda, Dokter mengusulkan untuk sekolah dulu untuk
mendapatkan ilmu dan nilai yang baik, karena nanti kalau sudah kuliah bakal
ada banyak kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa. Lagipula kalau
nilai SMA-nya bagus khan lebih mudah masuk ke Universitas pilihannya. Oh iya,
perluaslah pergaulan sejak SMA sekaligus untuk melatih kemampuan berinteraksi,
misalnya bicara dengan guru secara sopan & ramah, ngobrol dengan teman secara
gaul dan santai, dsb. Pengalaman dan keterampilan berinteraksi sejak SMA akan
memudahkan Agil mengembangkan kemampuannya sebagai Penyiar kelak.

Sebagaimana dijabarkan dalam pelatihan “Workshop@Penyiar.com”, keterampilan
di ruang siaran (membaca Teleprompter, penguasaan perangkat siaran) bisa
dipelajari di tempat Anda siaran kelak. Namun Dokter Penyiar mengingatkan
bahwa pembekalan mental juara itulah yang akan membuat Anda siap untuk jadi
seorang Broadcaster; bagaimanapun Audience-nya, bagaimanapun Program-nya,

bagaimanapun Klien-nya, dan bagaimanapun Boss-nya dalam karir Anda kelak.

sumber: http://penyiarradio.ohlog.com/welcome-to-penyiar-radio-community.oh10965.html

READ MORE - TIPS MENJADI PENYIAR

Buku Tamu


ShoutMix chat widget